TIGA DOA, TIGA ANGKATAN Dalam persajakan, tentu saja lingkungan, jaman, usia, latar belakang serta sudut pandang menjadi dasar inspirasi yang masuk kedalam hati, pikiran dan akhirnya tertuang dalam bentuk karya seni. Dalam bab ini saya hanya akan menuliskan tiga sajak sebagai perbandingan tiga penyair dalam tiga jaman dalam sajak yang berjudul sama. Profil Pernyair yang pertama Adalah Amir Hamzah yang merupakan Raja Angkatan Pujangga Baru. Dilahirkan di Tanjungpura Langkat Sumatra Utara, 28 februari 1911 dan meninggal pada 20 Maret 1946. beliau adalah seorang penyair Religius dan seorang keturunan bangsawan. Dan harus meningalkan tanah Jawa dan sekolahnya di fakultas Hukum yang hampir selesai, dan konon jusa seorang gadis yang dicintainya. Yang kedua adalah Chairil Anwar sendiri sebagai Pelopor Angkatan 45 dan yang ketiga adalah Taufik Ismail yang lahir pada tahun 1937 di bukittinggi tetapi besar di Pekalongan. Termasuk kedalam angkatan 66, sajak-sajaknya yang di tulis dengan
BAB 4 MAUT, YAHUDI DAN PEREMPUAN Semenjak kehadirannya dalam dunia kepenyairan Chairil telah bergaul dengan apa yang namanya Maut atau kematian, lihat dalam sajaknya yang berjudul Nisan, yang ditujukan buat nenekanda-nya yang telah tiada. Di tulis pada bulan oktober 1942 dan terus pertanyaan tentang kematian, menjadi pemikirannya setiap saat, hingga Chairil pun terus merumuskan pertanyaan itu dengan cara menangtang seperti dalam sajak Aku atau Semangat hingga dia berkata “Aku mau hidup seribu tahun lagi” lalu akhirnya menyerah seperti dalam sajak Derai-Derai Cemara ”hidup hanya menunda kekalahan”,lalu ”sebelum pada akhirnya kita menyerah”. Begitulah dari awal kariernya hingga akhir hayatnya terus mempermasalahkan maut. Dalam menulis sajak, Chairil paling pandai mendalami penderitaan manusia lainnya, dan disatukannya dalam setiap langkah hidupnya. Sebab manusia tidak akan jauh menuliskan sesuatu kalau bukan dari pengalaman pribadinya sendiri. Dalam sajaknya yang berj